Judul : Mantra ( Rahasia Kitab Malaikat)
Pengarang : Sutanto Ari wibowo
Penerbit : Diva Press
Tahun Terbit : 2009
Tebal : 412 hal
Kerajaan Afzein yang dipimpin oleh rajanya Keindizie Romein diserbu oleh kerajaan Dombire yang dipimpin oleh ratu Nivera. Kerajaan itu dikurung oleh kekuatan jahat ratu Nivera. Sehingga penduduknya tidak bisa kemana-mana. Begitupun dengan putra kedua berhasil dibunuh oleh ratu Nivera. Kerajaan itu akhirnya dikuasai oleh Romuza sang panglima perang. Namun ternyata sang pemilik sah tahta kerajaan justru ada di istana dan ia adalah seorang tukang kebun istana.
Kizzorgy Possie ternyata adalah anak kedua Raja Keindzie. Tanda ditelapak tangannya lah yang menjadi pertanda bahwa ia adalah pemilik tahta yang sebenarnya. Dibantu oleh beberapa orang ia berusaha merebut kekuasaan dari tangan Romuza yang justru mengantarnya ke dunia lain, ke kerajaan Dombire. Mereka bertarung dan akhirnya kerajaan Dombire dapat dikalahkan.
Sinopsis yang singkat ya. Inginnya aku membuat sinopsis yang panjang. Karena memang buku ini lumayan tebal, tapi apa daya aku malah tergelitik sama hal yang lain. Kebolongan logika. Dari segi cerita aku akuin ceritanya memang bagus. Tapi heran juga aku biasa baca novel terjemahan dan biasa dengan nama asing tapi aku tidak punya kesulitan mengingat nama. Tapi justru di novel lokal ini aku agak bermasalah dengan nama. Aku susah mengingat nama! Apalagi nama tokoh utamanya. Beberapa kebolongan logika yang aku maksud tadi yaitu:
1. Setting cerita ini adalah zaman kerajaan, artinya di masa lalu. Namun entah kenapa justru hadir benda-benda yang termasuk modern beberapa diantaranya, foto dan jam tangan. Terbayang kan?
2. Kerajaan Afzein dan kerajaan Dombire terpisahkan oleh pintu Arwah tapi entah kenapa justru kerajaan Dombire menyerbu Afzein dari depan. Bukankah mestinya mereka menyerbu dari halaman belakang dari bawah tanah di mana pintu arwah terletak.
3. Sampai selesai aku baca novel ini aku ga tau apa maksud dan tujuan Ratu Nivera menyerbu dan membuat kerajaan Afzein seperti sangkar. Tak pernah sekali pun Ratu Nivera menginjakan kakinya di istana Afzein.
Sebenarnya masih ada kebolongan logika yang lain tapi cukuplah tiga poin mendasar itu yang aku ungkap. Sebenarnya cukup disayangkan. Dari segi cerita sebenarnya sudah bagus, tapi entah kenapa poin-poin utamanya itu justru seolah terlupakan. Satu lagi aku ga suka dengan joke-jokenya yang kadang ga tepat orangnya. Joke seorang pangeran dengan seorang bawahanya kan mestinya berbeda, tapi ni ga ada bedanya.
But anything, selamat buat pengarang anda sudah mewarnai perfantasian Indonesia. Mudah-mudahan tulisanku ini bisa menjadi salah satu masukan buat anda. Aku tunggu karya anda selanjutnya.
Salam,
Raka Putra Pratama