Rabu, 31 Agustus 2011

GAJAH MADA PERANG BUBAT


JUDUL                    :      GAJAH MADA PERANG BUBAT
PENGARANG        :      LANGIT KRESNA HARIADI
PENERBIT              :      TIGA SERANGKAI
TEBAL                    :      441 HAL
Kisah ini bercerita 20 tahun setelah kisah yang terjadi di buku ketiga ( Gajah Mada Hamukti Palapa) sebagian besar wilayah nusantara telah berhasil disatukan di bawah panji-panji kebesaran Majapahit dan hanya Sunda Galuh satu-satunya wilayah yang belum terkuasai yang membuat Mahapatih Gajah Mada seolah hilang akal.
Hayam Wuruk sang raja Majapahit telah waktunya berumah tangga, sejumlah utusan diutus ke Sunda Galuh untuk meminang sang sekar Kedaton Dyah Pitaloka. Termasuk di dalamnya Gajah Enggon yang membawa perintah dari Gajah Mada. Isinya adalah menanyakan sikap dari kerajaan Sunda Galuh apakah mau bergabung secara baik-baik atau harus dengan kekerasan.
Di sisi lain Pradhabasu memulai petualangan unuk mencari anaknya Sang Prajaka. Karena suatu kesalahpahaman yang terjadi anaknya hilang entah kemana. Sang anak ternyata mengalami hilang ingatan. Dalam petualangannya yang terasa serba aneh Prajaka yang kemudian diberi nama Riung Sadatu oleh seseorang terdampar di tanah Sunda, kerajaan Sunda Galuh. Pradhabasu dengan petunjuk dari seorang anak bergabung dengan rombongan Gajah Enggon.
Dyah Pitaloka ternyata jatuh cinta pada Saniscara. Seorang pelukis yang punya kemampuan sangat hebat. Dengan berat akhirnya Dyah Pitaloka pun harus menerima pinangan dari Hayam Wuruk.  Sebuah rencana keji di lakukan oleh pendukung Gajah Mada. terjadi kesalahpahaman antara Majapahit dengan Sunda Galuh. Rombongan pengantin dari Sunda Galuh justru berhadapan dengan kekuatan senjata Majapahit. perang yang lebih layak disebut pembantai terjadi di lapangan Bubat tidak jauh dari Istana kerajaan Majapahit.
Dyah Pitaloka pun akhirnya bunuh diri dengan menggunakan kujangnya. Ternyata saniscara pun hadir untuk meratapi kematian kekasih hatinya itu. dan yang paling mengejutkan Saniscara ternyata adalah....
Buku keempat ini buku yang paling tipis diantara buku-buku lainnya. Entah kenapa aku merasa ada beberapa hal yang agak kurang sreg di hati aku. Walaupun setting cerita itu sebagian ada yang di Sunda galuh namun tidak sedikitpun nuansa sundanya. Mungkin karena latar belakang pengarang yang orang jawa agak masuk logika jika nyaris tidak ada istilah sunda secuil pun di situ. Tapi bukankah KLH senantiasa melakukan kajian mendalam dalam penulisan novelnya ini, rasanya untuk menyuguhkan beberapa idiom sunda dalam tulisanya bukanlah masalah besar buat beliau. Begitupun ending cerita yang aku rasakan agak kurang gregetnya. Walau unsur surprise tentang Prajaka cukup membuatku menggelengkan kepala. Oh iya satu lagi kok ada unsur  copy paste antara bab 1 dengan bab menjelang akhir cerita, agak kurang aku mengerti.
But anything makasih buat KLH yang telah menyajikan cerita luar biasa. Ternyata novel jadi-jadian ( bingung nyebutnya apa, karena ada fakta tapi juga berbalut fiksi) membuat aku penasaran sampai akhir cerita. Sampai-sampai buku ini akau lahap hanya satu hari. Kalau ada kata yang kuarang berkenan mohon dimaafkan.
Sampurasun...



Salam,
Raka Putra Pratama

GAJAH MADA HAMUKTI PALAPA

JUDUL                               :        GAJAH MADA HAMUKTI PALAPA
PENGARANG                 :        LANGIT KRESNA HARIADI
PENERBIT                        :        TIGA SERANGKAI
TEBAL                                :        690 HAL
                   Kisah dimulai dengan perintah Ki Ajar Padmaguna agar Branjang Ratus – anaknya –menemui bibi Sri Yendra.  Dua hari kemudian di pedukuhan lain, Branjang Ratus telah menemui orang yang dimaksud dan ternyata ia mendapat perintah untuk mencuri dua benda pusaka istana yaitu lambang negara dan payung Udan Riwis.
                   Segenap penghuni istana terkena sirep dan dengan mudah maling itu membawa dua benda pusaka. Kerajaan pun menjadi gempar di bawah komando Gajah Mada usaha pelacakan pun dilakukan agar dua pusaka kerajaan itu dapat kembali.                          
                   Ibu Suri Gayatri memerintahkan Gajah Enggon untuk memulai penyelidikan dua benda pusaka itui dari Ujung galuh. Berdua dengan Pradhabasu, Gajah Enggon memulai perjalanan itu. selain maslah hilangnya dua pusaka itu, Majapahit juga disibukan oleh dua wilayah yang akan melakukan makar;  Keta dan Sadeng.
                   Satu kejutan besar menunggu Gajah Enggon di Ujung Galuh. Orang yang baru saja ditemuinya disana Kiai Agal tiba-tiba saja menjodohkan dirinya dengan cucunya yang cantik Rahyi sunelok. Gajah Enggon teringat pesan dari Ibu Suri Gayatri bahwa hidupnya dimulai dari Ujung Galuh. Pernikahan pun dilakukan. Pradhabasu pun meninggalkan Gajah Enggon – tidak mau menggamggu bulan madu sahabatnya itu – dan menuju ke Keta.
                   Di istana, gajah Mada menyiapkan jebakan untuk para pencuri yang diyakini akan kembali mencuri  pusaka Istana. Ternyata ada pihak lain yang menginginkan dua benda pusaka yang telah raib itu. ternyata sang pencuri salah satunya bernama Kiai Wirota Wiragati adalah seorang dari masa lalu Ibu suri Gayatri. Para pencuri itu berhasil meloloskan diri dari kepungan dengan ilmu yang dimiliki Ki Wirota wiragati.
                   Majapahit juga kedatangan tamu ratusan prajurit dari Dharmasraya Swarnabhumi di bawah pimpinan raja mereka Aditiawarman. Kedatangannya adalah untuk mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya sepupunya yaitu Sri Jayanegara. Namun Pu wira pendampingnya punya maksud lain dibalik kunjungan ini. Ia ingin Aditiawarman lah yang menjadi raja di Majapahit. Aditiwarman yang semula akan tinggal lama di Majapahit ternyata mempercepat kunjungannya.
                   Ditempat lain Gajah Enggon dan istrinya beberapa kali terlibat bentrokan dengan utusan dari Keta yang mempunyai niat yang sama untuk merebut dua pusaka dari Branjang Ratus. Sejumlah gerakan Bhayangkara di bawah kendali Pradhabasu pun mulai menyusup ke Keta. Pemberontakan di Keta pun dapat di tumpas dengan melibatkan dua tokoh dari masa lalu untuk membujuk Ki Wirota Wiragati dan penculikan pemimpin Keta Ma Panji Keta. Semangat para prajurit Keta pun luruh dan menyerah tanpa perlawanan.
                   Berbeda dengan di sadeng, Gajah Mada yang baru datang harus melihat separuh pasukan Majapahit yang dikirim ke sadeng hancur berantakan oleh pasukan Gajah. Semuanya karena kecerobohan Ra Kembar yang semata-mata ingin mendapat pujian, agar dirinya disebut pahlawan. Namun bantuan tak terduga datang dari laut. Aditiawarman dengan pasukannya menyerbu dan membuat kocar-kacir pasukan gajah Sadeng dengan senjata mereka, peledak!
                   Di akhir cerita, semua pejabat istana berkumpul di Tatag Rambat Bale Manguntur. Hal besar disamapaikan oleh Mahapatih arya Tadah yang menyatakan dirinya pensiun. Sejumlah tokoh di calonkan oleh para pendukung namun ternyata  Dyah wiyat Rajadewi Maharajasa menunnjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih Majapahit.
                   Di sinilah terjadi sumpah Palapa yang di ucapkan oleh mahapatih Gajah Mada. bahwa ia tidak akan beristirahat kalau belum berhasil menyatukan nusantara. Malamnya terjadi hujan yang sudah lama ditunggu-tunggu turun juga di istana. Gajah Enggon dan istrinya berhasil mengejar sang maling yang ternyata menuju istana. Dan ternyata sang maling itu menemui....
                   Lagi-lagi Spoilert ya he he he. Buku ke tiga seri gajah Mada ini menyuguhkan cerita yang membuat kita terus penasaran utuk mengikuti setiap sepak terjang setiap tokoh. Namun di buku ketiga ini aku merasa Gajah Mada kurang mendapat porsi yang lebih banyak,. Walau perannya signifikan menentukan apa yang terjadi namun nyaris lebih banyak halaman yang menguak kehidupan Gajah Enggon dan kehidupan Pradhabasu.
                   Dengan latar belakang pendidikan yang aku miliki terus terang agak buta soal sejarah, namun penggunaan kata Sumatera dan Kalimantan pada zaman Majapahit terasa agak janggal. Bukankah kedua pulau itu lebih pantas di sebut Swarnadwipa dan Borneo. Namun ini hanya pendapat pribadi.
                   Sekali lagi KLH menyajikan cerita yang luar biasa. Salut buat KLH!!!



Salam,
Raka Putra Pratama

GAJAH MADA Bergelut dalam Kemelut Tahta dan Angkara

Judul Buku               :    Gajah Mada Bergelut Dalam Kemelut Tahta Dan Angkara
Penerbit                    :    Tiga Serangkai
Tebal                        :    508 Hal
              Sri Jayanegara raja kerajaan Majapahit tewas oleh racun tabib istana Ra Tanca. Masalah besar ditinggalkannya. Ia tidak memiliki keturunan untuk meneruskan tampuk pemerintahan. Dua orang adiknyalah kini yang kini mempunyai hak untuk duduk di singgasana. Sri Gitarja dan dan Dyah Wiyat, dan kedua-duanya perempuan!
              Persaingan terselubung pun terjadi antara  Raden Cakradara –suami Sri Gitarja- dan Raden Kudamerta – suami Dyah Wiyat. Namun yang terjadi sebenarnya kedua Raden ini hanyalah menjadi alat bagi ambisi pamannya. Ada Panji Wiradapa yang terus menerus menanamkan ambisi pada keponakannya Raden Kudamerta agar bisa melihat peluang di depan mata. Pakering Suramurda , paman Raden Cakradara mengipas-kipaskan ambisi berkuasa di dada keponakannya.
              Serangkai pembunuhan pun terjadi dan yang menjadi korban adalah orang- orang dekat Raden Kudamerta. Bahkan Raden Kudamerta pun nyaris menjadi korban pembunuhan berikutnya. Tentu saja tersangka utama siapa lagi kalau bukan Raden Cakradara.
              Korban pertama adalah Panji Wiradapa, paman Raden Kudamerta yang menyamar menjadi pengurus kuda. Kematian kemudian datang susul-menyusul. Pasukan Bhayangkara di bawah pimpinan Gajah Mada berusaha memecahkan masalah ini. Semula pasukan Bhayangkara dipimpin oleh Gajah Enggon. Namun dalam suatu penyergapan Gajah Enggon terluka parah dan tidak siuman berkepanjangan. Gajah Mada yang telah menjadi seorang Patih di Daha mengambil alih kendali.
              Gajah mada pun berusaha mencari tahu apa penyebab Ra Tanca membunuh sang Raja. Dan tentu saja orang pertama yang diselidiki adalah istri Ra Tanca. Namun ternyata Nyai tanca ini adalah seorang wanita yang keras. Yang dengan terang-terangan meerendahkan bahkan menghina sang raja yang telah wafat.
              Selain sejumlah pembunuhan yang terjadi pasukan Bhayangkara pun disibukan oleh pemberontakan yang telah di susun di Karang Watu di bawah pimpinan Raden Rukmamurti. Dengan gemilang akhirnya Gajah Mada dan pasukan Bhayangkara berhasil menangkap sang pembunuh sakaligus juga pemimpin para pemberontak. Ternyata pelaku sejumlah pembunuhan itu adalah... dan pemimpin sebenarnya para pemberontak itu ternyata adalah...
              Spoilert ah biar kalian yang belum baca bukunya tidak kehilangan unsur kejutan di buku ini.
              Sebuah novel yang menyajikan sejumlah teka-teki yang memaksa kita untuk sedikit berpikir selain menikmati ceritanya yang demikian mengalir. Namun kalau boleh jujur buku kedua KLH ini secara penilaian pribadiku masih kalah dengan buku pertamanya. Tapi penilaian ini bersifat subyektif, aku cenderung lebih menyukai buku pertama. 

 
Salam,
Raka Putra Pratama

GAJAH MADA

PENGARANG                             : LANGIT KRESNA HARIAD
PENERBIT                                   : TIGA SERANGKAI 
TEBAL                                         : 582 HAL
                 Pemerintahan Majapahit di bawah pemerintahan Sri Jayanegara mengalami pemberontakan besar-besaran di bawah kenadli Ra Kuti salah satu dari Rakrian dharmaputra winehsuka.  MahapatihArya Tadah yang mendapat informasi sebelum hal ini terjadi memberikan kekuasaan penuh pada Bekel Gajah Mada untuk melakukan tindakan. Di majapahit terdapat tiga pasukan besar Pasukan jalapati pimpinan Rakrian temanggung Banyak sora. Pasukan Jalayuda dibawah kendali Rakrian Temanggung  Panji Watang dan pasukan Jala Rananggana pimpinan Temenggung Pujut Luntar.
                 Saat Gajah Mada mengetahui ternyata pasukan Jala Rananggana lah yang terlibat dalam pemberontakan Ra Kuti ini. Ia segera mendekati dua pimpinan pasukan besar lainnya. Pasukan Jalapati di bawah kendali Banyak Sora dengan segera menyatakan kesedian bela negara. Namun Panji Watang justru meyatakan tidak akan terlibat dalam perang yang akan terjadi karena beranggapan ini adalah urusan keluarga. Sikap Panji Watang ini diterjemahkan oleh gajah mada sebagai sikap yang ingin mengail di air keruh.
                 Gajah Mada dengan pasukan khusus pelindung raja Bhyangkara. Pertempuran besar pun tak dapat dihindarkan. Berbagai formasi perang diperagakan di pertempuran itu. adu strategi perang terjadi antar dua pasukan itu. akhirnya pasukan pemberontak dapat dikalahkan. Namun saat pasukan Jalapati kembali, serbuan pasukan Jalayuda menyerbu. Saat itulah mahapatih Arya Tadah turun tangan untuk mendamaikan. Saat perdamaian sedikit lagi terwujud, Ra Kuti yang sadar rencananya akan gagal total membidikan dua anak panahnya pada Mahapatih. Banyak Sora yang sadar bahaya yang mengancam bergerak melindungi. dua anak panah itu luput dari sasaran. Hanya menggores lengan Panji Watang dan menembus lengan Banyak Sora. Perang langsung berkecambuk saat Ra Kuti meneriakan serbuan. Dua pemimpin pasukan itu akhirnya tewas bukan karena pertempuran tapi karena panah yang salah sasaran tadi yang ternyata diolesi racun.
                 Istana berhasil diduduki oleh Ra Kuti. Mahapatih Arya Tadah di jebloskan ke dalam penjara. Namun beruntung sang raja berhasil diselamatkan oleh pasukan Bhayangkara di bawah pimpinan Bekel Gajah Mada. Masa pelarian ini diwarnai oleh trik dari kedua kubu. Kubu Ra Kuti yang ingin mendapatkan Jayanegara serta usaha Gajah Mada untuk menyelamatkan. Peranan telik sandi sangat menentukan setiap langkah yang diambil, selain itu penghianatan yang terjadi menambah warna kisah ini.
                 Ra Kuti pun akhirnya harus menghadapi kembali apa yang telah dia lakukan. Pasukan Bhayangkara menyerbu istana dan di dukung oleh para prajurit yang tidak puas dengan pemerintahan di bawah kendali Ra Kuti. Akhirnya Ra Kuti pun terbunuh. Namun ternyata ini belum berakhir. Sebuah kejutan besar terjadi di akhir cerita. Sengaja aku simpan agar tidak mengurangi keasyikan pembaca yang kebetulan belum membaca cerita ini. Spoilert ceritanya....
                 Sebuah buku yang luar biasa menurut aku pribadi. Sebenarnya agak apriori juga pas beli buku ini. Habis aku terbiasa dengan membaca novel fantasi macam Bartimaeus trilogy, Chronicles of Ancient Darkness, The Lord of The Rings atau Eragon Trilogy. Novel-novel fantasi yang luar biasa menurut aku. Namun ternyata Gajah Mada menyuguhkan sisi lain yang tak kalah mengasyikan. Membuat aku penasaran dengan sejumlah konflik yang terjadi. Menduga-duga siapa si penghianat di tubuh Bhayangkara. Sebuah novel fantasi yang kental dengan muatan sejarah. Atau jangan- jangan ini buku sejarah yang dinovelkan ya? Penuturan ceritanya luar biasa membuat aku melesat ke zaman baheula. Walau kadang aku merasa agak kurang sreg dengan ada beberapa poin yang aku rasa mengalami repetisi. But not a big problem, two thumb for you KLH! Amazing!

Catatan: di awal buku keduanya sebagai kata pengantar KLH menyampaikan permintaan maaf bahwa ada beberapa fakta salah yang terjadi pada buku pertamanya ini. Nice Guy!


Salam,
Raka Putra Pratama